NEW DELHI - Semua orang mungkin tahu Tata Nano merupakan mobil paling murah sejagad. Tapi apa jadinya jika mobil asal India itu dimodifikasi hingga harganya mirip dengan Lamborghini atau Ferrari?

Rumah modifikasi D.C Design-lah yang berhsil memodifikasi Tata Nano secara total. Dan kabarnya mereka sampai rela menghabiskan dana hingga USD220.000 (sekira Rp203 miliar)!

"Kami sebenarnya ingin menjaga agar harga mobil tetap murah, tapi dengan teknologi yang kita masukkan ke dalam mobil tersebut, biaya yang kita keluarkan itu jadi masuk akal," ujar Kepala tim modifikasi Dilip Chhabaria, seperti dikutip dari Paultan, Jumat (8/1/2010).

Dilip yang juga spesialis modifikasi untuk beberapa kendaraan para selebritis Bollywood seperti Shah Rukh Khan dan Anil Kapoor, juga mengatakan bentuk asli Tata Nano sengaja dipertahankan.

Namun ditambahkan front bumper baru yang lebih besar dengan grill lebar. Membuatnya terlihat melar dari bentuk muka Tata Nano aslinya. Selain itu, fender juga terpaksa di wide body dan bertambah beberapa inci guna menjejalkan pelek 20 inci pada keempat rodanya.

Sementara dibalik bonet, mesin 624 cc dua silinder digantikan dengan dapur pacu 1.600 cc. Tim modifikator menargetkan Tata Nano yang baru ini sanggup tembus hingga kecepatan maksimum 200 km/jam.

Selain itu Chhabaria beserta timnya juga menambahkan sederet peralatan IT paling mutakhir didalamnya. "Idenya untuk membiarkan pemakai mobil ini merasakan kecanggihan teknologi IT India yang mampu bersinergi dengan industri automotif," tambah dia.
Mungkin inilah Tata Nano paling mahal sejagad!

Foto: Topspeed

MUMBAI- Motor dan kerangka manusia mungkin tidak bisa disatukan. Tapi bagi builder yang satu ini, keduanya malah digabungkan sehingga tercipta bak kuda besi yang baru bangkit dari kubur.

Bila sebagian pemilik motor jenis chopper menginginkan tampil mewah dengan leburan krom di beberapa bagian serta dipadu sapuan cat istimewa, lain dengan motor ini.

Hasil kreasi Vardenchi Customs, sebuah rumah modifikasi dari India, berhasil menyatukan konsep kerangka manusia utuh ke dalam sepeda motor.

"Saya tidak pernah terpukau dengan hasil pada motor ini di karya sebelumnya," kata sang builder seperti dikutip dari Topspeed, Kamis (18/3/2010).

Mungkin dia patut bangga, mengingat dari hasil kerja kerasnya selama tiga bulan, hampir terlihat tak ada cacat dari motor yang kemudia ia namai, The Skeletor. Motor ini pun diakuinya merupakan pesanan seorang selebritis Mumbai.

Mau bukti? Silahkan tengok bagian rumah lampu depan yang ia desain mirip dengan batok kepala manusia utuh. Sementara bagian tangan manusia didaulat menjadi shock depan Skeletor, lengkap dengan detil pengerjaan jari-jari yang seolah mencengkram roda depan.

Lanjut ke tengah, tulang-tulang punggung rangka manusia menghiasi bagian tanki chopper tersebut. Agar makin mirip dengan rangka tulang manusia asli, sang builder benar-benar meniru desain rangka manusia yang ia cari dari berbagai foto di internet.

Untuk bagian jok, tulang pinggul menjadi jatah disektor ini. Kemudian diteruskan dengan tulang paha dan kaki yang bertugas sebagai lengan ayun belakang dan sebagai tempat menempelnya roda belakang.

Modifikator juga tampaknya enggan menerapkan warna lain selain warna khas kerangka manusia asli serta sebagian kelir hitam yang membuatnya maik terlihat angker.

Mungkin Skeletor pantas diujuluki 'Motor Hantu dari India'.

Terinspirasi dengan film Avatar 3D sebuah surat kabar di di Belgia, La Derniere Heure's mencinptakan terobosan untuk korannya. Memang belum semua edisi di surat kabar ini mengusung konsep 3D, mereka hanya membuatnya dalam edisi khusus.

Selain itu, tampilan 3D yang disajikan juga hanya berlaku untuk kumpulan foto dan iklan di dalam media tersebut. Untuk melihat efek 'tampak nyata' dari teknologi 3D ini, pembaca harus menggunakan lensa khusus, yang tentunya sudah tersedia di dalam paket penjualan.

"Tujuan kami untuk membuat seluruh halaman menjadi 3D," umbar Chief Editor La Derniere Heure's, Hubert Leclerq. Ia menambahkan, perlu waktu hingga dua bulan untuk mempersiapkan edisi khusus ini.

"Kami sering mendengar tentang film bioskop, televisi dan game 3D. Lalu kami mencoba untuk membuat terobosan dengan ini (surat kabar 3D-red.)," lanjut Leclerq, dikutip detikINET dari AFP, Rabu (10/3/2010).

Salah satu film 3D yang dimaksud Leclerq tentu saja Avatar. Dengan efek memukau yang tersaji, film fiksi ini pun berhasil menangguk rentetan kesuksesan baik dari segi finansial maupun penghargaan. Mungkin, harian LaDerniere Heure's pun berharap nasib serupa dari penggunaan teknologi 3D tersebut.

Misi optimistis memang boleh saja diusung, namun kembali lagi semuanya itu diserahkan ke pasar yang sudah bisa menerima atau tidak. Jika mendapat sambutan, boleh jadi proyek ini akan berlanjut sedangkan jika gagal sepertinya industri masih harus kesiapan pasar.

Sebab untuk membuat surat kabar 3D ini bukan hanya terhadang oleh kendala teknis, namun juga dari ketersediaan modal yang tentunya butuh dana yang lebih besar ketimbang versi konvensional.

Jadi Tak hanya film ataupun televisi saja yang mulai keranjingan tampilan tiga dimensi (3D). Surat kabar alias koran pun coba mencicipi kemajuan teknologi ini.